Sabtu, 15 Maret 2014

Konservasi Terumbu Karang Jozz


Ekosistem Terumbu Karang
ekosistem yg tersusun atas:
  • lapisan CaCO3 hasil sekresi binatang karang “coral polyp”,
  • bersimbiosis dengan algae “zooxanthellae ”, sbg supplier nutrien & pemberi warna.
  • terbentuk dlm interaksi kompleks berbagai macam organisme laut. 
  • tempat tinggal (“shelter ”) ikan dan bermacam2 hewan laut lainnya. 
  • dijumpai di laut dangkal dan hangat (21-30 ◦C) di daerah tropic, biasanya dekat daratan.

Nilai penting ekosistem terumbu karang
  • Nilai alami intrinsik (intrinsic natural value ).

- telah ada dan tumbuh sejak 200 juta tahun lalu.
  • Berguna utk perkiraan variasi iklim masa lalu.

- variasi tingkat kalsifikasi pada hard coral.
  • Nilai ekonomis:

- sumberdaya ikan dan perikanan.
- untuk obyek turisme.
  • Nilai ekologis: ameliorasi pergerakan air.

- membentuk bentang laut yg menguntungkan mangrove dan padang lamun.
- melindungi garis pantai dari erosi dan kerusakan.

Ancaman terhadap terumbu karang
Merupakan efek langsung/sekunder pertumbuhan populasi manusia:
  • polusi laut (dari limbah industri dan pertanian) -> penurunan kualitas air 
  • algal bloom, coral bleaching, penyakit baru.
  • pengembangan pantai 
  • siltasi.
  • kerusakan fisik (akibat jangkar, kapal, snorkeler, sampah dll)
  • sedimentasi (efek deforestasi) 
  • mengurangi cahaya.
  • overharvesting karang (bhn bangunan), ikan dan biota laut; praktek pemanenan yg merusak.
  • kerusakan fungsi ekosistem mangrove -> filter polutan dr darat, tempat berbiak organisme laut sblm migrasi ke terumbu karang, penstabil garis pantai, produksi nutrien.
  • kerusakan fungsi padang lamun -> penyedia makanan dan habitat, filter sedimen, sumber oksigen, dan penstabil dasar laut.
Kendala Usaha Konservasi Terumbu Karang
  • Resources deployment: konservasi ekosistem terestrial vs ekosistem laut.
  • Studi keterancaman yg spesifik thd ekosistem terumbu karang baru sedikit.
  • Usaha monitoring baru mencakup sejumlah kecil ekosistem terumbu karang dunia.
  • Akibatnya: defisien data dan informasi tidak menentukan strategi konservasi yg efektif.

Teknologi Transplantasi Terumbu Karang Buatan

a. Terumbu karang buatan
Metode sederhana ini adalah dengan menengelamkan struktur bangunan di dasar laut agar dapat berfungsi seperti terumbu karang alami sebagai tempat berlindung ikan. Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, serta tempat memijah dan berkembang biak berbagai biota laut dapat terwujud.

b. Pencangkokan
Metode ini dikenal dengan transplantasi. Dengan memotong karang hidup, lalu ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan diharapkan dapat mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada. Bibit karang yang sering digunakan pada uji coba transplantasi ini adalah dari genus Acropora yang terdiri dari A tenuis, A austera, A formosa, A hyacinthus, A divaricata, A nasuta, A yongei, A aspera, A digitifera, A valida, dan A glauca. persen. Hal tersebut diperkirakan karena spesies-spesies tersebut memiliki cabang yang kecil dan mudah rapuh. Berdasarkan pertambahan tinggi masing-masing karang tersebut, setelah berumur satu bulan pertambahan tinggi terbesar dialami oleh Acropora yongei (rata-rata 0,4 cm), sedangkan pertambahan tinggi terkecil dialami Acropora digitifera, yakni 0,1 cm.

c. Mineral Accretion
Metode ini dikembangkan oleh Thomas J. Goreau and Wolf Hilbertz seorang ahli biologi dari AS 2). Mereka mengkaitkan terumbu karang pada bronjong-bronjong kawat baja yang dialiri listrik DC (direct current) dengan voltage rendah. Aliran listrik yang mengalir melalui kawat baja tesebut diharapkan dapat merangsang percepatan pertumbuhan karang. Hasil dari transplantasi model ini ternyata lebih cepat 3-5 kali dibanding cara transplantasi cara biasa.

Tidak ada komentar: