Pengertian Hutan Mangrove
Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau dan hutan pasang surut. Berdasarkan undang - undang No. 41 tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya hutan hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan menurut Steenis (1978) dalam Simbolon (1990) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut tetapi dapat tumbuh pada pantai karang yaitu pada karang koral yang mati yang diantaranya tertimbun lapisan tipis pasir, ditimbuni lumpur atau pantai berlumpur.
Zonasi Mangrove
Secara sederhan mangrove umumnya tumbuh pada 4 zona yaitu, pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai yang berair payau sampai hampir tawar serta daerah kearah dataran yang memiliki air tawar.
Mangrove terbuka. Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut, jenis mangrove tersebut adalah Sonneratia alba dan Avicennia alba kedua jenis ini merupakan jenis yang ko - dominan pada areal pantai yang
sangat tergenang air.
Mangrove tengah. Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove terbuka. Dizona ini biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora.
Mangrove payau. Mangrove berada di sepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Dizona ini biasa di dominasi oleh jenis Nypa dan Sonneratia.
Mangrove daratan. Mangrove berada dizona peraiaran payau atau hampir tawar di belakang jalur hutan mangrove yang sebenarnya jenis – jenis yang umumnya di temukan di zona ini adalah Ficus microcarpus (F.retusa), Intsia bijuga, Nypa fruticans, Lumnitzera, Pandanus dan Xylocarpus moluccensis. Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi di banding dengan zona lainnya (Noor, dkk, 1999 ). Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi - zonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:
Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada memiliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.
Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitanya agak rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang. 12
Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.
Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan dataran.
Pemanfaatan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dan dapat dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan kontruksi, kayu bakar, bahan baku untuk membuat arang dan juga dibuat bubur kertas (pulp), di samping itu ekosistem mangrove di manfaatkan sebagai pemasok larfa ikan dan udang (Bengen, 2001).
Menurut Soegiarto dan Polunin (1982) dalam Prayitno (2002) ada beberapa manfaat penting dari hutan mangrove diantaranya adalah :
Kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar, karena nilai kalorinya tinggi maka kayu mangrove dapat dipakai sebagai arang. Selain itu beberapa jenis mangrove mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
Kulit kayu merupakan sumber tanin yang biasa digunakan untuk menyamak kulit dan mengawetkan jala ikan.
Daunnya dapat digunakan sebagai makanan ternak. Beberapa jenis tertentu digunakan sebagai obat tradisonal, bahkan ada pula yang dipakai sebagai pengganti untuk teh dan tembakau.
Buah - buahnya ada yang dimakan, beberapa dari buah tersebut ada yang beracun bagi ikan antara lain dari jenis Barringtonia spp.
Akar - akarnya efektif untuk menangkap sedimen, memperlambat kecepatan arus dan mencegah erosi pantai.
Tempat mencari dan berlindung bagi ikan dan hewan air lainnya.
Bunga-bunganya merupakan sumber madu.
Hutan mangrove merupakan suatu penyanggah antara komunitas darat dan pesisir.
Jenis-Jenis Mangrove
1. Avicennia alba
Perawakan : Pohon tumbuh tegak dan menyebar dengan tinggi 15 meter dan
berdiameter 28 cm. Kulit kayu bagian luar berwarna kelabu
hingga hitam.
Daun : Permukaan daun berwarna perak kelabu atau putih. Letak daun
tunggal dan bersilang berbentuk lanset sampai elips dengan
ujung daun runcing.
Buah : Berbentuk seperti cabe atau biji jambu mete, warna kulit buah
hijau kekuningan, permukaan buah berbulu halus, dan berukuran
1,5 – 2,0 cm. Tidak dijumpai saat pengambilan data, tetapi untuk
melengkapi gambar di atas dapat sesuai penjelasan diatas.
Bunga : Bunga tidak dijumpai saat pengambilan data dilapangan karena
pohon tersebut tidak berbunga.
Akar : Memiliki akar nafas berbentuk pensil.
Ekologi : Umumnya di daerah lumpur, tepi sungai, daerah kering, toleran
terhadap salinitas yang sangat tinggi pada ketinggian 0 – 2 m dpl.
2.
Avicennia marina.
Perawakan : Pohon dengan tinggi 12 meter dan berdiameter 18 cm. Kulit kayu
halus bagian luar berwarna kelabu hingga coklat, memiliki mulut
kulit kayu.
Daun : Permukaan daun berwarna hijau, letak daun tunggal dan ber
silang berbentuk bulat telur sungsang, ujung daun membundar
melingkar, panjang daun 8-11cm dan lebar 2,5-5 cm.
Buah : Tidak dijumpai di lokasi penelitian, data di atas untuk
melengkapi data penelitian.
Bunga : Bunga tidak dijumpai saat pengambilan data karena pada saat
itu pohon tersebut tidak berbunga. Letak bunga di ujung atau
ketiak daun pada pucuk, jumlah daun mahkota 4,berwarna
kuning hingga oranye.
Akar : Memiliki akar nafas berbentuk pensil.
Ekologi : Umumnya tumbuh di daerah kering, daerah bersalinitas relative
rendah
Perawakan : Pohon atau perdu dengan tinggi 16 cm. Kulit kayu halus,
retak/celah searah longitudinal, berwarna kulit coklat.
Daun : Bagian atas dan bawah permukaan daun hampir sama, tangkai
daun berwarna kuning, kelopak meyebar kearah buah. Letak
daun tunggal dan bersilangan, berbentuk oblong sampai bulat
telur sungsang, ujung membundar sampai berlekuk.
Buah : Permukaan halus, kelopak berbentuk cawan, menutup dasar
buah, helai kelopak meyebar atau melengkung, warna kulit buah
hijau.
Bunga : Bunga bersusun di ujung cabang/dahan pohon, mahkota
berwarna putih, kelopak warna merah dan hijau, benang sari
warna putih, mengandung banyak madu pada pembuluh kelopak.
Akar : Memiliki akar napas, berbentuk kerucut.
Ekologi : Tumbuh di lumpur berpasir di muara sungai, sering ditemukan di
daerah tepian yang menjorok kelaut, daerah dengan salinitas
4. Rhizophora apiculata Blume
Perawakan : Pohon dengan tinggi 15 meter. Kulit kayu berwarna abu – abu
gelap, bercorak seperti mozaik.
Daun : Permukaan bawah daun berwarna hijau kekuningan, memiliki
bintik – bintik hitam kecil yang menyebar di seluruh permukaan
bawah daun. Letak daun tunggal dan bersilangan berbentuk elips
menyempit, ujung daun tajam.
Buah : Berbentuk silinder (hipokotil) berbintil, di temukan saat
pengambilan data penelitian, buah terlepas di bawah kotiledon,
dapat mengapung dan menyebar oleh arus air, warna kulit buah
hijau hingga coklat.
Bunga : Bunga berwarna putih, kelopak warna kuning kehijauan, di luar
hijau kemerahan, dan saat pengambilan data bunga diambil
bersamaan dengan buah.
Akar : Memiliki akar tunjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar